Jumat, 09 Mei 2008

Surat Untuk P-Man


Sherin, Hana, Imel, dan Wina sedang dilanda perasaan gundah gulana. Perasaan itu timbul karena Rara, salah satu anggota gank lima serangkai yang mereka anggap sebagai adik kecil itu melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukannya. Rara sering sekali pulang lebih awal, padahal biasanya sepulang sekolah mereka pasti berkumpul di kantin yang merupakan markas mereka. Selain pulang lebih awal, Rara juga sering sekali minta izin tidak ikut ke kantin waktu istirahat sekolah, dan setiap kali meraka bertanya pada Rara tentang apa yang dilakukan Rara selama ini, Rara hanya tersenyum dan menjawab “ Ada deh, mau tau aja”. Bagi mereka kata-kata tersebut tidak biasa di ucapkan oleh Rara, Rara juga tidak pernah bersikap sok misterius seperti itu pada anggota gank lima serangkai. Tingkah laku Rara yang seperti itu membuat Sherin, Hana, Imel, dan Wina bertanya-tanya apa sebenarnya yang terjadi pada adik kecil mereka itu.
******
Di sebuah kamar berukuran lima kali enam meter dengan cat tembok bewarna pink, Rara tersenyum tersipu-sipu melihat selembar foto seseorang yang menggunakan jaket merah, topi biru, dan tas dengan resleting super besar, foto siapakah itu, apakah orang yang ada di foto itu adalah orang yang mebuat tingkah laku Rara menjadi aneh, mungkin hanya Rara dan Tuhan yang tau untuk saat ini.
*******
Kelakuan Rara yang aneh membuat empat anggota lima serangkai lainnya cemas, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menyelidiki Rara. Mereka memulai penyelidikannya dari tas sekolah Rara. Didalam tas Rara, Sherin menemukan sebuah memo kecil, di dalam memo tersebut terdapat catatan-catatan nomor telepon, rumus-rumus matematika, dan di halaman terakhir terdapat tulisan P-Man. Sherin yang membaca tulisan tersebut tertawa dan berkata
“Dasar maniak film kartun, ada-ada aja nih anak”
“Kamu ngetawa’in apa sih sher ?”, tanya Imel
“Ini ni si Rara nulis P-Man keren banget, apa nggak maniak kartun namanya ?”
“Iya…ya, kalau superman yang keren sih mending, dia kan berotot, ganteng pula, lha kalau P-Man, udah kurus, badannya nggak ada ototnya pula, ditambah lagi pakai muka topeng pula, heran deh si Rara seleranya jelek banget” ledek Hana
“Udahlah kayak nggak tau si Rara aja, Rara kan masih kecil, umurnya masih umur anak SMP, jadi ya maklum aja”, sahut Wina
Penyelidikan pun terus berlanjut, tapi dalam penyelidikan pertama Sherin, Hana, Imel, dan Wina harus berakhir dengan senyum kecut karena mereka tak menemukan satupun barang yang mencurigakan bagi mereka.
*******
Hari kedua penyelidikan, kali ini Sherin, Hana, Imel, dan Wina tersenyum dengan penuh kemenangan karena menemukan sepucuk surat, dan mereka yakin pasti ada petunjuk di dalam surat tersebut. Dengan hati-hati Sherin membuka amplop surat tersebut, dan isinya banyak sekali, ada kurang lebih 5 lembar kertas hvs, merekapun penasaran, dan tanpa dikomando lagi mereka membaca surat tersebut bersamaan.
Untuk: P-Man
Hai P-Man !!!, dalam surat ini, aku meyatakan bahwa aku ingin sekali menjadi anggota fans-mu, tempo hari kamu bilang sarat untuk menjadi fans-mu aku harus menulis surat lamaran menjadi fans kan, ditambah lagi aku harus menyertakan bukti-bukti bahwa aku nge-fans sama kamu. Oh iya aku juga menyertakan data diriku. Selamat mebaca ya, dan semoga kamu bisa menerimaku sebagai anggota fans-mu. He…he…he….
Thank’s
Rara
Selanjutnya keempat gadis itu melihat empat lembar hvs yang lainnya, selembar hvs berisi mengenai surat yang formatnya nyaris seperti surat lamaran kerja, selembar lagi berisi data diri Rara mulai dari nama, tanggal lahir, alamat, sekalah dari SD sampai SMA, hoby, makanan dan minuman favorit, tinggi badan, berat badan, ukuran sepatu, dan masih banyak lagi. Dua lembar lainnya adalah kliping foto-foto orang yang membuat empat gadis tersebut sangat amat terkejut saat melihatnya. Mata keempat gadis itu salaing menatap mata satu sama lain, dan dari air muka mereka menggambarkan suatu ketidakpercayaan terhadap apa yang barusan saja mereka lihat. Ternyata orang yang dimaksud Rara sebagai P-Man adalah kakak kelas mereka atau lebih tepatnya alumni dari SMA mereka, dia adalah mas Fendi.
Sherin, Hana, Imel, dan Wina masih belum bisa percaya bahwa Rara nge-Fans sama yang namanya Fendi. Tidak pernah terbayangkan seorang Rara dapatmelakukan hal tersebut. Rara yang mereka kenal, adalah Rara yang selalu sinis ketika melihat sosok Fendi yang menggunakan anting disalah satu telinganya. Bagi mereka rasanya hal tersebut adalah hal yang sangat amat tidak masuk akal. Dan mereka berempat sepakat untuk mengintrograsi Rara mengenai apa yang mereka lihat hari ini.
*********
Sesuatu yang Rara takutkan selama ini akhirnya benar-benar terjadi. Teman-temannya akhirnya mengetahui apa yang ia rahasiakan pada mereka selama ini. Sherin, Hana, Imel, dan Wina pun mulai menghujani Rara dengan banyak pertanyaan, tapi Rara hanya diam dan mendengarkan saja, tak sepatah kata pun keluar dari bibir Rara saat itu. Empat sahabat Rara pun turut diam, karena Rara tak kunjung menjawab pertanyaan dari mereka. Suasana pun menjadi hening bagai rumah kosong yang tak berpenghuni.
Beberapa menit kemudian akhirnya Rara menganggakat wajahnya dan menjawab
“Maaf ya, mungkin ini memang konyol dimata kalian, tapi aku tau apa yang sudah kulakukan, kalian masih ingat apa yang kita tulis di buku harian lima serangkai tentang kriteria cowok yang bersinar kan. Waktu itu Sherin menulis cowok yang bersinar itu adalah cowok yang bisa meluluhkan hati Sherin seperti Rere. Sedangkan kamu Hana, kamu menulis bahwa cowok yang bersinar adalah seseorang cowok yang super duper romantis dan baik hati seperti kak Agus. Kalau menurut Imel cowok yang bersinar adalah cowok yang dapat mengerti hati Imel seperti sang Khalil Gibran. Beda lagi sama Wina, Wina nulis cowok yang bersinar itu cowok yang bisa menjadi sosok seorang ayah, kakak, sahabat buat Wina. Dan bagiku sosok Cowok bersinar adalah cowok yang memancarkan kebaikan hati, dan bagiku dialah P-Man”
“ Tapi Ra, kamu kan sinis banget sama dia, lagian dia itu belagu, sok, ditambah lagi orangnya oveer Pd Ra” tanya Sherin
“Kalian ingat waktu aku nangis di kelas sampai guru dateng pun aku masih nangis cecegukan, waktu itu aku nangis karena P-Man”
“Kamu diapain Ra, sama tuh cowok” tanya Wina
“Nggak diapa-apain kok, waktu itu aku nyesel banget coz aku udah ngilangin barangnya, dan aku lebih nyesel lagi karena aku nggak sempat minta maaf dan ngucapin makasih sama dia, aku malah bohongin dia. Padahal dia udah nolong aku waktu aku pingsan, pokoknya aku nyesel banget. Waktu itu aku merasa benci sama diriku yang selalu ngilangin barangnya orang sejak kecil. Aku benci sama diriku yang selalu nggak bisa mengucapkan makasih ataupun minta maaf, aku benci sama diriku yang selalu ngulang kesalahan yang sama.”
“Terus apa hubungannya sama cowok yang bersinar ?” tanya Wina
“Empat bulan sesudah dia nolong aku, aku minta maaf sama dia lewat sms, dan dia maafin aku. Aku tau itu nggak sopan, habis aku nggak tau gimana lagi caranya minta maaf. Bagiku dia itu cowok yang bersinar, dia itu baik, pemaaf, pokoknya dia itu cowok yang udah mebuatku silau kalau mau liat dia gitu deh.”
“Tapi kan dia sering ngeledek kamu Ra”, kata Imel
“Bagiku itu nggak bisa merubah kenyataan bahwa dia pernah menolongku, meski terkadang dia nyebelin, tapi dia tetep menjadi P-Man ku”
“Kamu tuh keras kepala banget sih, dia itu cuman cari perhatian aja kali Ra”, kata Sherin
Rara hanya mengangkat bahunya seolah berkata “Up to you”. Sherin menatap Rara dengan hati yang dongkol karena Rara tak mau mendengarnya.
“Udah deh terserah kamu, tapi kalau ntar kamu nangis jangan pernah dateng ke rumahku, yang jelas aku sudah ngasih tau kamu dia itu nggak cocok sama kamu”, kata Sherin dengan nada marah.
Pembicaraan lima gadis remaja itu pun berakhir saat Sherin pergi karena Hana, Imel, dan Wina pun turut meninggalkan Rara untuk memadamkan api kemarahan Sherin. Rara terpaku, seolah dia tak bisa beranjak dari tempat duduknya. Dia tak pernah melihat Sherin semarah itu, meskipun memang Sherin sering marah-marah.
Sementara itu di tempat lain, seorang pemuda sedang tertawa terbahak-bahak membaca surat yang ditujukan kepadanya. Di dalam hati pemuda tersebut berkata, ”Kok ada cewek sekonyol ini, mana ada orang nge-fans pakai surat lamaran menjadi fans, tuh cewek mau aja dibohongin atau tuh cewek terlalu polos.”
*********
Pagi hari yang cerah di hari minggu tak secerah hati Sherin, dia masih belum bisa menerima kelakuan Rara yang sudah dianggapnya sebagai adik. Tiba-tiba saja dering telefon di kamarnya mengobrak-abrik lamunan tentang sahabatnya itu.
“Halo, Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikum salam, Sherin ini Imel”
“ Iya mel ada apa ? “
“Sher, kata adikku mas Fendi itu Pembina pramuka di SMP-nya, dan kata adikku juga nih, mas Fendi itu pacaran sama temennya.”
“Busyet dah, dia pacaran sama anak SMP, bener-bener parah tuh orang”
“Namanya juga cinta Sher, lagian dia kan masih 21, bedanya cuman 6 sampe 7 taun doang, tapi itu semua nggak penting Sher, ada sesuatu yang lebih penting lagi. Kamu tau kan maksudku”
“Iya, aku tau. Kita harus kasih tau berita ini ke Rara kan ?”
“Kamu yakin mau langsung kasih tau ke Rara”
“Aku tau mel, Rara pasti bakalan sakit banget waktu denger berita ini, tapi lebih baik dia sakit sekarang. Kalau dia taunya belakangan, dia akan jatuh dan sakitnya akan lebih parah dari saat ini”
“Ya….iya sih, tapi kamu aja ya yang bilang, aku ngggak tega kalau harus aku yang ngomong ke dia”
“Oke deh, kalau gitu kita ke rumah Rara sekarang ya, tapi kasih tau si Hana sama Wina dulu. Aku calling Hana, terus kamu yang calling Wina ya”
“Oke, assalammu’alaikum”
“Wa’alaikum salam”
*********
Di kamar Rara, gank lima serangkai telah berkumpul. Seperti biasa Sherinlah yang memulai pembicaraan mereka, Sherin pun bercerita mengenai apa yang tlah diceritakan oleh Imel padanya.
“Ra…., kita semua itu udah ngganggep kamu kayak adik sendiri, kita tuh nggak mau liat kamu terluka, tapi kami harus memberitahukan kenyataan ini”
“Thank’s ya, kalian memang benar-benar sahabatku yang terbaik. Tapi sepeti yang aku bilang, aku tau apa yang sudah kulakukan.”
“Tapi Ra……, dia itu udah punya pacar, emangnya kamu nggak sakit ati”, kata Imel
“Kamu kayak ga’ tau aku aja mel, aku memang sudah sering patah hati gara-gara orang yang kusukai udah punya pacar duluan. Tapi justru karena terlalu sering patah hati, sekarang aku udah kebal. Emang sih sakit, tapi ini semua nggak sesakit yang kalian bayangkan. Aku sudah menata hatiku dari awal, karena aku tau kalau aku sudah berani menyukai seseorang, aku harus siap untuk kehilangan. Lagipula dengan jadi fans kan aku nggak perlu kehilangan dia,kan Cinta tak harus memiliki.”
Mendengar Rara berkata seperti itu, Sherin, Hana, Imel, dan Wina pun tersenyum geli.
“Ceile………udah gede nih ye…..”, kata keempat gadis itu dengan kompak
“Iya dong, kan udah 2 SMA”
“Ra…., sorry ya, Sorry karena aku terlalu ngaggep kamu sebagai adik kecil, ternyata sekarang kamu udah gede ya” kata Sherin.
Sesaat setelah Sherin berbicara suasana yang tadinya sempat tegang pun menjadi lumer seperti sebatang coklat yang sedang di panaskan, kelima sahabat tersebut saling berpelukan. Senyum manis terpancar dari wajah kelima gadis remaja itu.
“Oh iya Ra, terus gimana kabar sama surat lamaranmu itu ?”, tanya Wina
“Dia nerima aku jadi anggota fansnya lho, terus dia bilang aku itu lucu. Rasanya aku mau terbang ke langit aja waktu itu, Kalian bisa bayangin kan”, jawab Rara dengan tersipu malu.
Mata Sherin, Hana, Imel, dan Wina saling bertemu pandang. Lagi-lagi mereka tersenyu geli lagi, dan kali ini lebih parah mereka menertawakan Rara dengan puas.
“Ya ampun Rara, baru dibilang lucu aja udah gr-nya selangit, gimana kalau dia jadi pacarmu, pasti kamu pingsan berkali-kali.”, kata Hana sambil menertawakan Rara
“Kamu tuh polos banget sih Ra. Baru aja kita bilang kamu udah gede, eh ternyata kamu benar-benar Rara si-adik kecil”, saut Sherin.
“Iya….., terus aja ledek, ledek aja terus sampai puas”, kata Rara dongkol.
Suara gelak tawa gank lima serangkai memenuhi kamar Rara. Rara yang dongkol tidak bisa marah karena keempat sahabatnya itu menggelitik perutnya. Mereka tertawa bahagia, di dalam hati lima gadis remaja itu, mereka berharap bisa menjadi sahabat selamanya, dan tak kan ada yang bisa meruntuhkan kokohnya persahabatan mereka.
By : Mar’atush
cerpen ini kutulis waktu aku masih kelas 3 SMA
jangan lupa kasih coment ya!

Tidak ada komentar: